A1-JAKARTA-Mungkin anakku nomor dua, waktu kecil salah satu yang suka dengan iringan lagu-lagunya. Penyanyi campursari yang belum diberi gelar lord pada waktu itu. Lagu-lagu seperti pak rebo, dan sekonyong-konyong koder yang dibawakan secara jenaka, selalu bisa manarik perhatiannya. Ketika main di rumah kakek yang kerap setel VCD campursari mas Didi. Anteng…. Dan minta diputar berulang-ulang ….
Itu memang lagu sedih, tapi video klipnya diisi dengan adegan-adegan jenaka. Jadilah segenap loro ati disampaikan dengan riang gembira.

Hony Irawan Pengiat Komunikasi Publik ,Pelakon Content Temu Lawak Dari Rumah
Didi Kempot memang sudah populer sejak mungkin 20an tahun lalu. Bukan cuma di Jawa, tapi di seluruh pelosok Indonesia. Bahkan di Suriname yang katanya banyak penduduknya berasal dari Jawa.
Pernah dalam satu kesempatan kampanye calon kepala daerah, saya mendampingi mas Didi ke Malinau Kalimantan Timur. Jangan ditanya kenapa bisa begitu!? Saya lupa gimana asal usulnya. Sudah lama sekali…
Bayangkan dari Jakarta terbang ke Tarakan dan harus nyambung dengan speed boat selama 3-4 jam. Waktu itu rasanya di pelosok desa banget di hulu sungai. Tapi ternyata, keesokan harinya, lapangan yang begitu luas dipenuhi oleh orang yang ingin menyaksikan penampilannya.
Memang banyak orang Jawa di sana, namun penduduk yang non Jawa tentu tidak ingin ketinggalan ada hiburan gratis yang pastinya langka. Tak heran jika kemudian calon yang mengundang kami akhirnya terpilih sebagai kepala daerah. He he he
Popularitasnya awet, pelan tapi pasti. Konsisten seperti lirik lagu-lagu dan musiknya. Hingga kemudian yang saya tak mengerti dalam teori target dan positioning sekalipun. Bertambah umur seorang penyanyi, maka biasanya akan diikuti dengan bertambah umur penggemarnya.
Tapi nyatanya lagu-lagu Didi Kempot seakan justru menjadi identitas baru bagi anak-anak muda Indonesia. Konser-konser yang beberapa tahun belakangan digelar, dipadati oleh penggemar berusia belia. Bahkan gelar “lord” dan “Godfather of Broken Heart” meski terkesan bercanda, namun menunjukkan penerimaan dan keakraban dari dan dengan kalangan milenial.
Selain itu… kemampuan menggalang dukungan mas Didi pun ternyata bukan cuma dalam pemilihan kepala daerah. Sebelum meninggalnya, ramai diberitakan, penyanyi gondrong ini berhasil menggalang lebih dari 7 Milyar. Hanya dari konser #DiRumahAja yang dilakukannya untuk membantu penanggulangan Covid19. Luar biasa bukan…!?
Nampaknya di semesta Didi Kempot, patah hati memang bukan suatu yang menyenangkan. Tapi bisa diubah jadi energi terbarukan…. Jadi peluang!
Berikan Komentar